Pentingnya Pendidik Untuk Mempelajari Psikologi Pembelajaran Guna Menumbuhkan Sikap Percaya Diri (Berani) Dan Kejujuran

Nurhanan

NPM :18.23.1.0010

“psikologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu (khususnya manusia) dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas, yaitu sebagai manifestasi hayati (hidup) yang terwujud sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya” (Mohamad Surya, 2013: 10)
Berkaitan dengan Psikologi, bahwa setiap individu (manusia) memiliki prilakunya masing – masing yang menandakan bahwa setiap individu itu berbeda baik dalam hal sosialisasi, belajar, dan hal lainnya. Sikap merupakan contoh dari psikologi, sikap tidak bisa dinilai oleh diri sendiri melainkan dinilai oleh orang lain.
Pertanyaan “apakah psikologi itu ada kaitannya dengan pembelajaran siswa”.
Benar psikologi memiliki keterkaitan dalam suatu pembelajaran karena dengan mempelajari psikologi guru mampu menyusun strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan disuatu kelas. Kemudian setiap siswa juga memiliki karakternya masing tidaklah mungkin kita menerapkan satu strategi untuk disatu kelas, Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan.
Pertanyaan “permasalahan yang sering terjadi ketika kita belajar matematika yang berkaitan dengan psikologi”
Biasanya permasalahan yang terjadi pada peserta didik adalah kurangya percaya diri (kurangnya keberanian) dalam menyelesaikan soal didepan peserta didik lain, selain itu peserta didik juga kurangnya kejujuran dalam hal mengakui apakah materi yang di sampaikan benar – benar tersampaikan atau tidak, biasanya para peserta didik Cuma nunut dan manut terhadap pertanyaan gurunya tersebut, pernakah anda mendengar pertanyaan ini dari guru anda “ anak – anak udah paham belum materinya ?” pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan legendaris yang sering diucapkan oleh guru – guru kita atau bisa juga “ada pertanyaan, tidak?” dan biasanya kita menjawabnya dengan insyaallah atau dengan menganggukan kepala. Sedangkan, tujuan belajar sendiri adalah (Sardiman,: 25-29):
Untuk mendapatkan pengetahuan.
Penanaman konsep dan keterampilan.
Pembentukan sikap
Seperti apa yang dibahas diatas terkait dengan point no. 3 tentang pembentukan sikap , sikap yang mestinya ditingkatkan adalah sikap jujur (kejujuran) dan berani (keberanian), seperti definisi jujur sendiri adalah mengakui, berkata dengan sebenarnya yang sesuai dengan fakta, sedangkan berani disini adalah berani dalam menyampaikan mengungkapkan suatu hal baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Menumbuhkan kejujuran dan keberanian itu sangat lah sulit tetapi bukanlah hal yang mustahil. Ada beberapa aspek yang harus dilihat agar kita bisa menumbuhkan sikap kejujuran dan keberanian, seperti :
Aspek emosional
Terdapat beberapa perbedaan karakteristik individual yang tampak dengan gejala – gejala :
Ada anak yang mudah sekali marah tetapi ada yang penyabar
Ada anak yang perasa ada pula yang tidak mau peduli
Ada anak yang sangat pemalu ada pula anak yang pemberani
Aspek intelek
Terdapat beberapa perbedaan karakteristik individual yang tampak dengan gejala – gejala :
Ada anak yang cerdas ada pula yang kurang cerdas bahkan sangat kurang cerdas
Ada yang dapat segera memecahkan masalah adapula yang lambat
Ada pula yang sanggup berfikir abstrak dan kreatif ada pula yang tidak
Dan masih banyak aspek lain yang tidak disebutkan seperti aspek fisik, sosial, bahasa, dan bakat yang mana menurut plato bahwa manusia itu terbagi atas tiga pembagian jiwa yaitu pikiran, kemauan dan keinginan, dimana menurut plato mengemukakakn bahwa jika diantara ketiga pembagian tersebut tidak ada maka kita tidak akan bisa mencapai apa yang kita tuju atau tujuan dari apa yang kita pelajari tidak tercapai. Misal jika kita memiliki kemauan dan keinginan tetapi tidak bisa berpikir bagaimana cara mencapainya itu sama saja kita tidak melakukan apa – apa, begitupun juga sebaliknya.
Jika dilihat dari dua aspek diatas bahwa setiap orang memiliki sikap/karakternya masing masing kemudian jika siswa mengalami kurang percaya diri dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru apalagi harus harus mengerjakanya di papantulis dan dihadapan siswa lainnya pastilah muncul yang namanya takut salah, malu, dan kurang percaya diri akan jawaban kita sendiri. Persoalan diatas sering muncul dan bahkan sering terjadi, hal-hal tersebut muncul dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik terhadap matematika atau memang siswa tersebut merasa kurang yakin terhadap jawabannya sendiri bisa juga siswa tersebut selalu bergantung ke jawaban orang lain sehingga ketika ditanya darimana “kamu mendapatkan jawaban tersebut” dan ketika mau menjawab dari orang lain maka akan keluar rasa cemas akan dimarahi oleh gurunya tersebut.
Untuk bisa menciptakan rasa keberanian siswa dalam menjawab soal didepan sang pendidik haruslah memberikan motivasi kepada siswanya tersebut. Ericksen (1998:3) menegaskan bahwa “Effective Learning in the classroom depends on the teacher’s ability…to maintain the interest that brought student to the course in the first place”. Disini motivasi sangat membantu menumbuhkan sikap keberanian/ percaya diri akan jawabannya. Tetapi jika motivasinya seperti yang dilakukan guru kebanyakan seperti “jangan takut salah, coba aja dulu” merupakan hal yang sudah sering diucapkan dan itu juga masih belum lengkap atau masih kurang misalkan siswa sudah menjawab kemudian jawabannya salah janganlah Cuma didiamkan atau menunjuk siswa lain untuk membetulkannya tetapi sang guru haruslah meberikan motivasi tambahan seperti “terimakasih jawabannya hampir benar , mungkin dengan sedikit usaha lagi mungkin kamu bisa menjadi juara kelas (berikan senyuman yang tulus agar bisa mengangkat minat siswa), Mari kita jawab bersama”. Mungkin dengan motifasi tersebut siswa mampu percaya diri akan jawabanya ketika harus mengerjakan didepan.
Selain percaya diri/keberanian guru juga harus memberikan motivasi agar bisa menumbuhkan sikap jujur seperti apa yang dikatakan Ericksen (1998:3) tadi bahwa pembelajaran yang efektif itu jika sang guru mampu memberikan motivasi/masukan kepada siswanya. Karena didalam suatu kelas tidak lah semua siswanya pintar/cerdas semua seperti yang terdapat dalam aspek intelek diatas , karena susunan intelektual didalam kelas itu tersusun atas 4 (empat) karakter yaitu :
Anak yang cerdas serta mampu menyelesaikan permasalahan yang abstrak
Anak yang cerdas, mampu menganalisis permasalahan yang abstrak tetapi tidak bisa memberika penyelesaian
Anak yang menengah tidak terlalu cerdas yang hanya mampu menganalisis permasalahan yang biasa
Anak yang kurang cerdas yang hanya mau ikut saja tanpa mau mencari tahu atau menganalisis permasalahan
Dari 4 karakter diatas bisa disimpulkan bahwa dalam satu kelas tersusun atas anak yang cerdas, menengah dan anak yang kurang cerdas. Disini guru/pengajar haruslah bisa memberikan meteri yang jelas dan mampu dipahami oleh karakter siswa diatas, kadang guru itu hanya fokus terhadap siswa yang cerdas saja dan mengabaikan siswa yang kurang cerdas sehingga si siswa yang kurang cerdas selalu bergantung ke siswa yang cerdas tanpa mau berusaha sendiri karena dia merasa selalu tidak diperhatikan oleh sang guru. Jadi itulah mengapa siswa kebanyakan kurang jujur terhadap permasalahnnya.
Kadang sang guru juga sering berbicara seperti ini “jika ada yang kurang mengerti bisa ditanyakan kepada …….(nama siswa)”. Tapi seharusnya guru itu bilang seperti ini agar memotivasi siswanya yang kurang bisa “jika masih ada yang kurang jelas boleh ditanyakan kepada saya langsung dimanapun mau disini, dikantin atau tempat lainnya, mari kita saling belajar karena belum tentu saya juga benar” tetapi kata – kata motivasinya janganlah sampai merendahkan citra guru tersebut.
Selain kata – kata guru juga bisa memotivasi siswa menggunakan senyum yang tulus atau juga gaya bahasa yang ramah, sehingga mereka nyaman belajar dengan kita dan tidak merasa terbebani. Karena sikap berani (percaya diri) dan jujur merupakan sikap yang harus ada disetiap siswa agar mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang penuh dan peran guru juga sangat penting sebagai motivator utama dalam menunbuhkan rasa berani (percaya diri) serta jujur tersebut.

Referensi :
Didik ,P, Aji (2008). Usaha meningkatkan keberanian siswa mengerjakan soal-soal latihan di depan kelas melalui pendekatan kooperatif tipe stad (student team achievement division ). FKIP-UMS : Skripsi (tidak diterbitkan)
Zubaidah Amir M.Pd. dan Dr. Risnawati, M.Pd. (2015). Psikologi pembelajaran matematika. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M. Pd. (2009). Psikologi pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.

Leave a Reply